Masjid Istiklal Indonesia di Bosnia & Herzegovina
Bosnia & Herzegovina, negeri muslim Eropa di bekas negara federasi Yugoslavia yang berhaluan komunis. Sebelum tahun 1995 namanya nyaris tak terdengar di telinga kaum muslimin sedunia termasuk di Indonesia. Perang dan pembantaian etnis Muslim oleh Serbia di tahun 1995, mengangkat nama Bosnia Herzegovina ke dunia internasional dan menyadarkan muslim sedunia akan kehadiran saudara sesama muslim di semenanjung Balkan itu yang sudah sekian lama hidup dibawah tekanan.
Paska perang, negeri ini mulai berbenah dan menata diri. Indonesia menorehkan sejarah tersendiri di negeri nya Alija Izetbegovik ini. Di kota Sarajevo, ibukota Bosnia & Herzegovina kini berdiri megah Masjid Istiklal yang dibangun atas biaya dari para dermawan muslim Indonesia, rakyat, pejabat dan pemerintah Indonesia. Menjadi lambang persahabatan dua negara.
Masjid ini bernama Masjid Istiklal, atau biasa disebut dalam bahasa setempat sebagai Istiklal Dzamija, kadangkala disebut juga sebagai masjid Indonesia, bahkan juga disebut dengan nama Masjid Soeharto. Nama manapun yang disebut kesemuanya merujuk kepada masjid yang sama.
Masjid Istiklal ini terletak di Sarajevo, ibukota Bosnia & Herzegovina. di lingkungan perumahan di daerah Otoka, dekat Federal TV building dan tidak jauh dari halte trem kota Sarajevo. Sama dengan nama masjid Istiqlal di ibukota RI, Jakarta. Hanya hurup Q nya saja yang diganti dengan hurup K. Makna nya pun sama sama Merdeka. Masjid Istiqlal di Jakarta dibangun ketika Indonesia belum lama merdeka. Masjid Istiklal di Sarajevo ini pun dibangun tak lama setelah Bosnia & Herzegovina merdeka dari tragedi kemanusiaan paling brutal di abad moderen.
Masjid Istiklal ini terletak cukup jauh dari pusat kota dibangun di wilayah Sub Urban dimana terdapat pusat perbelanjaan modern dan tradisional yang berdampingan di kota tua. Dari beberapa sudut panorama masjid ini terlihat berlatar belakang gedung gedung di wilayah tersebut. Meskipun demikian, tidak sulit untuk menemukan Masjid ini, karena dapat dilihat dari jalur trem yang cuma satu dan dan berputar dari kota tua (Bascarija) ke ujung lain kota Sarajevo (Illidza) dan kembali ke kota tua. Di pusat perbelanjaan kota tua ini, terdapat beberapa masjid kuno yang masih berdiri tegak dan masih aktif digunakan untuk kegiatan keagamaan. Selain itu, terdapat juga madrasah yang didirikan pada abad ke 16 dan masih digunakan hingga sekarang.
Sejarah Pembangunan Masjid
Masjid Istiklal yang sesuai dengan prasastinya diresmikan oleh Presiden Megawati pada tahun 2001, melengkapi masjid-masjid yang sudah ada. Di dalam situs Islam Bonia di http://www.dzamije.info disebutkan dengan jelas bahwa masjid Istiklal adalah hadiah dari pemerintah dan Bangsa Indonesia untuk muslim Bosnia.
Masjid ini dibangun cukup lama. Niat pembangunannya sudah dimulai oleh Presiden Soeharto pada kunjungan ke Sarajevo tahun 1995 dan baru diresmikan pada tahun 2001 oleh Presiden RI ke-5 Ibu Megawati Soekarno Putri. Jadi masjid ini dibangun di masa pemerintahan empat Presiden RI, yaitu Pak Soeharto, Pak Habibie, Gus Dur, dan Ibu Megawati, jika di hitung masa pembangunannya sejak tahap perencanaan.
Perjalanan Pak Harto ke Sarajevo, ibukota Bosnia Herzegovina, 13 Maret 1995, memang penuh risiko. Apalagi dua hari sebelumnya tanggal 11 Maret 1995 sebuah pesawat PBB ditembak jatuh di atas udara Bosnia. Panglima pasukan PBB di Bosnia kala itu bahkan lepas tangan dan tidak berani bertanggung jawab atas apa yang akan terjadi kepada Presiden Soeharto dan rombongan apabila tetap memaksakan diri untuk berkunjung ke Bosnia.
Perjalanan Pak Harto ke Sarajevo itu setelah menghadiri KTT untuk Pembangunan Sosial di Kopenhagen, Denmark, dan kunjungan balasan ke Kroasia. Serta dalam kapasitas beliau sebagai ketua gerakan Non Blok untuk bertemu dengan Presiden Bosnia Alija Izetbegovic.
Keseluruhan rombongan sebanyak 15 orang termasuk Presiden Soeharto diminta untuk menandatangani kontrak mati sebelum penerbangan ke Sarajevo, oleh pasukan PBB. Kunjungan yang kemudian tercatat dalam sejarah sebagai sebuah kunjungan yang begitu berani ke kancah perang yang sedang berkecamuk dan begitu brutal di kawasan Balkan dan hanya pernah dilakukan oleh presiden Republik Indonesia. Pertemuan 2 jam dengan presiden Bosnia berjalan lancar dan Pak Harto beserta rombongan kembali dengan selamat ke tanah air setelah kunjungan menegangkan yang bersejarah itu.
Masjid Istiklal Indonesia dirancang oleh arsitektur Indonesia Fauzan Noe’manarsitek kenamaan yang juga merancang masjid masjid besar di tanah di tanah air termasuk masjid Raya Batam dan masjid Baiturrahim di komplek Istana Merdeka, Jakarta. Arsitektur masjid ini termasuk unik untuk masjid di Eropa, terutama karena interiornya yang berhias ukiran kayu yang merupakan sumbangan para pejabat dan dermawan Indonesia pada waktu itu. Demikian juga dengan aksesori lain seperti lampu robyong, juga sumbangan dari dermawan Indonesia.
Dibangun selama dua tahun dengan dana US$ 2,7 juta di atas tanah seluas hampir 2.800 meter persegi. Berukuran 28 x 30 meter. Dilengkapi kubah berdiameter 27m setinggi 27 m. kubah masjid dilengkapi dengan tiga susun celah untuk sebagai ruang masuk cahaya alami ke dalam masjid. Dua menara kembar nya setinggi 48 meter. Dua menara itu digambarkan sebagai simbol persahabatan kedua negara, Indonesia dan Bosnia & Herzegovina.
Mimbar untuk khatib berupa tangga seperti yang biasa ditemui di masjid-masjid di timur tengah dan masjid-masjid lain di Sarajevo, yang membedakannya adalah ukuran kayu jati di mimbar tersebut di hias dengan ukiran khas Indonesia. Masjid ini memang dibangun berdasarkan perpaduan gaya dua negara, selain dihiasi kaligrafi Arab dari kayu jati, interior masjid juga dilengkapi lampu gantung hias dari Indonesia. Pintu masuk masjid juga dibuat dari kayu jati bertuliskan huruf Arab. Kubah yang menjadi ciri khas masjid di Bosnia juga terlihat pada Masjid Istiqlal. Namun, bedanya kubah pada masjid ini dipenuhi oleh 3 susun jendela sehingga sinar matahari bisa masuk ke ruangan masjid.
Masjid Istiqlal terdiri dari tiga lantai. Lantai dasar digunakan untuk kantor, tempat wudhu, auditorium yang biasa diapakai untuk acara pernikahan dan lain nya, perpustakaan, pusat arsitektur Islam dan ruang kelas. Lantai dua beralaskan karpet diperuntukkan sebagai ruang sholat khsusu pria dan lantai tiga digunakan khusus untuk ruang salat wanita.
Aktivitas Masjid & Pengelolaan Masjid
Masjid Istiklal Indonesia terletak Selain untuk kegiatan keagamaan, masjid ini juga terdapat pusat studi arsitektur Islam, Center for Islamic Architecture. Di dua sholat hari raya masjid ini dipadati oleh sekitar tujuh ribu jeaah. Sementara di hari jum’at ruang sholat untuk wanita juga dipakai untuk menampung jamaah masjid. Karena memang wanita tidak diwajibkan untuk sholat jum’at.
Berbeda dengan beberapa donatur dari Timur Tengah yang bila membangun masjid di suatu negara juga mengelola sendiri masjid yang dibangun termasuk menempatkan beberapa orang di posisi penting kepengurusan masjid, masjid Istiklal Indonesia di Sarajevo ini pengelolalannya diserahkan kepada komunitas muslim setempat.
Masjid ini sempat menjadi buah bibir di tanah air ketika sebuah stasiun televisi menayangkan berita tentang masjid ini. Kala itu di tampilkan sosok imam masjid Istiklal Indonesia di Sarajevo ini yang masih sangat muda, Imam (Al-Hafiz) Aziz Alili, penampilan imam masjid ini pun tak seperti yang biasa kita jumpai, sosok imam masjid yang sudah sepuh, dan berjenggot. Tapi imam masjid ini selain masih sangat muda tapi juga bermuka kelimis. Tapi kemampuannya tak diragukan. Dalam rekaman video di bawah ini anda dapat menikmati kepiawaian beliau melantunkan ayat suci Al-Qur’an di sebuah majelis yang dihadiri para ulama sepuh dan muslim Bosnia Herzegovinia di Sarajevo yang memadati masjid Istiklal Indonesia ini.
http://bujangmasjid.blogspot.com/2011/01/masjid-istiklal-indonesia-di-bosnia.html