Masjid Selimiye (Turki: Selimiye Camii, Arab: Jami` Salimiyyah), adalah sebuah masjid peninggalan Ottoman di
kota Edirne Turki. Masjid ini dibangun atas perintah Sultan Selim II dan dibangun
oleh arsitek Mimar Sinan antara
tahun 1568 sampai 1574. Hal ini dianggap oleh Sinan untuk
menjadi karya dan merupakan salah satu prestasi tertinggi dari arsitektur
Islam.
Menurut
catatan Evliya Celebi, seorang penjelajah asal Kesultanan Usmani, dipilihnya
Edirne sebagai tempat pembangunan masjid tersebut didasarkan pada mimpi Sultan
Selim II. Di dalam mimpinya, Nabi Muhammad SAW memerintah Sang Sultan untuk
membangun sebuah masjid besar di Edirne, kota yang menurut mimpi itu dilindungi
oleh Nabi Muhammad.
Alasan lainnya menyatakan bahwa para sultan terdahulu telah mendirikan begitu
banyak masjid besar di Turki wilayah timur, sedangkan baru sedikit saja yang
berada di wilayah sebelah barat. Padahal, daerah ini memiliki peran yang sangat
penting, khususnya Kota Edirne yang menjadi gerbang penghubung antara daratan
Turki dengan Benua Eropa. Oleh karena itu, dipilihnya Edirne sebagai tempat
pembangunan masjid ini dianggap sebagai pilihan yang sangat bijak.
Sultan Selim II sebagai pemrakarsa masjid memercayakan proses perancangan dan
pembangunannya kepada Mimar Sinan. Sang Arsitek sampai membutuhkan waktu
delapan tahun untuk menyendiri dan memikirkan rancangan masjid yang akan
menjadi karya terbesarnya itu. Pembuatan pondasinya saja membutuhkan waktu dua
tahun. Hal ini dilakukan untuk menstabilkan permukaan dan tekstur tanah di
lokasi pendirian masjid.
Proyek pembangunan masjid yang dikerjakan oleh 14.400 pekerja ini menghabiskan
dana sebesar 4,58 juta keping emas. Pengerjaannya dimulai tahun 1568 dan
selesai pada 27 November 1574, tetapi masjid ini baru dibuka untuk umum pada
tanggal 14 Maret 1575, tiga bulan setelah Sultan Selim II mangkat. Sang Sultan
tidak sempat meresmikan masjid yang telah diprakarsainya itu.
Dahulu
terdapat sebuah ungkapan dari kalangan arsitek Kristen yang menyatakan bahwa
tidak akan ada seorang pun arsitek Muslim yang dapat membangun kubah masjid
sebesar kubah Hagia
Sophia di Istanbul. Pandangan negatif inilah yang menjadi motivasi
bagi Mimar Sinan untuk membangun Masjid
Selimiye.
Mimar
Sinan menggunakan sistem pendukung oktagonal yang diciptakan melalui
delapan pilar gores di pelapis persegi dinding. Empat semi kubah di sudut
alun-alun di belakang lengkungan yang muncul dari pilar-pilar, yang dimaksud
dengan bagian perantara antara kubah meliputi besar (31 m diameter dengan
profil bulat).
Dengan berdirinya masjid ini, akhirnya ejekan dari para arsitek Kristen itu pun
terpatahkan. Mimar Sinan berhasil mendirikan Masjid Selimiye yang memiliki kubah masjid
berdiameter 31 meter, setara dengan kubah Hagia Sophia. Tinggi kubah
utama dari lantai dasar Masjid Selimiye adalah 42 meter.
Kubah utama ini memiliki penampang berbentuk persegi delapan yang masing-masing
sudutnya ditopang oleh delapan pilar besar. Bagian antara dasar kubah dengan
kedelapan pilar tersebut diisi oleh muqarnas (ornamen berbentuk stalaktit). Di bawahnya, empat buah half-dome
(kubah terpotong) ditempelkan pada keempat sisi penampang kubah utama dan
sebuah half-dome lainnya menaungi ruang mihrab.
Dengan demikian, apabila dilihat dari atas, rangkaian kubah terpusat Masjid
Selimiye terlihat seperti seekor kura-kura. Jumlah half-dome dan kubah kecil
yang menaungi ruang shalat utama masjid terbilang sangat sedikit. Hal ini
membuat kubah raksasa yang berada di pusat bangunannya terlihat sangat dominan.
Seperti masjid bergaya Usmani lainnya, Masjid Selimiye memiliki halaman
berbentuk persegi panjang dengan sebuah tempat wudhu berupa air mancur
(sardivan) di tengahnya. Area terbuka ini dikelilingi oleh portico (teras
berpilar) yang beratapkan 18 kubah. Portico Masjid Selimiye memiliki 16 pilar.
Menurut para ilmuan, pilar-pilar tersebut berasal dari Mesir, Siprus, Syria,
dan Turki. Halaman dengan gaya sepeti ini mengadopsi bentuk peristyle pada
halaman bergaya Romawi Kuno atau bentuk sahn pada bangunan-bangunan di Timur
Tengah dan Afrika Utara.
Pada keempat sudut masjid bediri empat buah menara setinggi 84 meter.
Masing-masing menara memiliki tiga buah balkon. Dua menara di antaranya
memiliki tiga buah pintu tangga yang menuju langsung pada ketiga balkonnya.
Artinya, terdapat tiga jalur tangga yang berbeda pada sebuah menara. Hal
tersebut merupakan bukti lain dari kejeniusan seorang Mimar Sinan.
Ruang utama masjid terdiri dari dua lantai, yaitu lantai dasar sebagai tempat
shalat utama dan lantai atas berupa balkon yang mengelilingi ruangan utama.
Rancangan seperti ini adalah ciri khas masjid berarsitektur Turki Usmani.
Masjid Selimiye diterangi oleh 384 buah jendela. Ratusan jendela itu terbagi ke
dalam lima tingkatan. Jendela-jendela pada tingkat terbawah dan tingkat kedua
menerangi lantai dasar dan balkon masjid. Barisan jendela pada tingkat ketiga
dan keempat merupakan jendela-jendela clerestory (jendela pada dinding atas)
yang cukup banyak membiaskan cahaya alami ke dalam masjid.
Penulis
Warna lain, Orhan Pamuk disebutkan bahwa ia melihat hubungan antara keinginan
kubah pusat dan perubahan politik dan ekonomi sentralisasi yang dibuat oleh
kekaisaran, tetapi ide itu kemudian keberatan dengan buku lain yang ditulis
oleh teman Sinan itu, Sai, mengklaim Sinan yang telah mengambil inspirasi
dari Hagia Sophia Istambul.
Pada tingkat kelima terdapat deretan jendela kubah yang menerangi interior kubah masjid.
Sinan menggunakan kaca jendela berwarna terang untuk memberikan efek
pencahayaan yang maksimal pada interiornya. Interior masjid didominasi
oleh Marmer berwarna putih dan coklat muda dari Pulau Marmara serta ubin-ubin
keramik yang berasal dari Kota Iznik.
Berbagai ornamen kaligrafi karya Hasan
Celebi, hiasan arabes, dan muqarnas khas corak Usmani klasik pun
turut menghiasi interior dan eksteriornya. Hampir seluruh lengkungan antarpilar
yang terdapat pada Masjid Selimiye terdiri dari voussoir (balok-balok pembentuk lengkungan) berwarna merah dan
putih yang disusun secara berselingan.
Di dalam masjid, tepat di tengah ruang shalat utama terdapat mahfil muazin,
yaitu bangunan menyerupai panggung yang berfungsi sebagai tempat untuk
mengumandangkan azan. Mahfil muazin di Masjid Selimiye memiliki tinggi 2,4
meter dan ditopang oleh 12 tiang kecil dengan lengkungan berukir. Letak mahfil
yang berada tepat di bawah kubah utama ini sempat menimbulkan kontroversi
karena biasanya mahfil muadzin diletakkan di pinggir ruang shalat utama.
Sinan meletakannya tepat di tengah supaya tidak mengganggu kesimetrisan masjid.
Di bawah mahfil muadzin, Sang Arsitek menempatkan sebuah air mancur kecil
sebagai metafora jiwa dari kubah raksasa yang tepat berada di atasnya.
Mihrab Masjid Selimiye terletak pada sebuah ceruk yang menonjol keluar seperti
apse pada bangunan gereja. Mihrab ini terbuat dari pahatan batu marmer
monolitik yang dihiasi ornamen geometri dan kaligrafi. Sebuah mimbar bertangga
yang sangat tinggi terletak di sebelah kanan ceruk mihrab.
Mahfil sultan sebagai tempat shalat sultan dan para petinggi negara berada di
atas balkon yang terletak di sebelah kiri ceruk mihrab. Semua lantai masjid
ditutupi oleh karpet berwarna merah. Pada malam hari, pencahayaan interior
masjid dibantu oleh sekian banyak lampu gantung.
Masjid Selimiye yang bediri di atas lahan seluas 2.475 meter persegi ini dapat
menampung sekitar enam ribu jamaah. Hingga kini, masjid yang berusia empat abad
tersebut menjadi ikon Kota Edirne
sekaligus menjadi salah satu warisan terbesar peradaban Islam di bidang arsitektur.
Source :
https://id.wikipedia.org
http://www.republika.co.id/
YOUR ADS HERE !!!